Perubahan teknologi Audio Visual membawa perubahan pada sejumlah penggunaan sistem dan aplikasi Audio Visual juga. Literasi saya kali ini akan membahas kebutuhan mesin editing untuk footage (gambar) beresolusi 4K. Gambar 4K sudah banyak yang tahu kan, gambar 4K adalah gambar yang memiliki resolusi 4096 x 2160 sering disebut dengan Digital Cinema. Lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini:
Memilih atau merakit mesin editing (merangkai hardware) untuk 4K jauh lebih rumit daripada memilih perangkat lunaknya (software) yang kita gunakan. Di pasaran software untuk eding 4K telah banyak tersedia. Namun hardware-nya tidak demikian, selain harganya mahal juga diperlukan kompatibilitas satu dengan yang lainnya.
Seterusnya, untuk memulai kamu harus bertanya pada diri sendiri tentang beberapa hal proyek yang sedang kamu kerjakan. Pertanyaan tersebut antara lain:
• Apa jenis rekaman (footage) yang akan kita edit: R3D, CinemaDNG, ProRes, XAVC S, mp4?
• Seberapa kompleks proyekmu: single shot, single camera, multi-camera, animation, VFX (Visual Effect)?
• Apa format output yang kamu inginkan?
• Berapa lama kamu harus mengirimkan suntingan (maksdunya deadlinenya)?
• Yang terakhir, apakah kamu mengedit secara online atau offline?
Hal-hal tersebut adalah hal yang biasa dilakukan oleh editor jika memang kamu berkecimpung di bidang editor Audio dan Visual. Biasanya persoalan muncul dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Belajar Dari Kasus Offline Editing
Digital footage dari kamera satu dengan kamera lain itu memiliki perbedaan. Di mana ini akan berpengaruh pada besarnya file yang masuk ke dalam sistem editing. Sebagai contoh bila kamu mengedit footage 4K dari jenis kamera GoPro Hero4, JVC GYHMQ10, atau Sony FDR-AX1 tentu tidak memerlukan banyak kompresi ke HD, karena bitrate mereka memiliki kesamaan. Bayangkan jika kamu mengedit footage dari RED Camera, Balckmagic Ursa Mini atau Sony NEX-FS700. Raw dari file tersebut memiliki bitrate yang sangat tinggi, sehingga memerlukan storage dan kompresi yang tinggi pula.
Berawal Dari Hardware
Pertama kamu harus tahu dan memisahkan dua sistem editing yang kamu perlukan. Ada dua sistem editing yakni: offline editing dan online editing. Offline editing digunakan hanya untuk memotong dan menyusun gambar seperlunya (maksudnya sesuai naskah). Sedangkan online editing digunakan untuk triming (menghias) mulai dari color grading, visual efek (VFX) dan mixing. Selain itu gambar yang ditampilkan online editing teleh mendekati real time. Di bawah ini mendefinisikan perbedaan antara PC dan Mac dalam kebutuhan hardware mesin editing
CPU
Offline editing : Intel core i7 2,3GHz four-core
Online editing : Dual intel Xeon 2GHz six-core
GPU (Video Card)
Offline Editing: NVIDIA GeForce GT 750M
Online Editing: Dual NVIDIA GeForce GTX 760M
Ingat selalu cek kompatibilitas Video Card dan RAM, sebab pada saat kamu melakukan rendering video yang besar secara bersamaan RAM dan GPU itu bekerja menyelesaikannya.
RAM – Memory
Offline Editing: 8GB RAM
Online Editing: 32GB RAM
Menurut saya harga hardware yang relatif murah ada di RAM, jadi tingkatkan penggunaan RAM semaksimal mungkin. Apalagi bila kamu bekerja secara multi software (misalnya kamu membuka : Adobe Photoshop, After Effect, Adobe Premiere, dll), maka biasanya kerja RAM akan meningkat berkali lipat.
Storage
Offline Editing: dedicated 7200rpm hard drive or SSD for media
Online Editing: dedicated 7200rpm hard drive or SSD for project files dan jenisnya striped RAID array
Motherboard
Carilah motherboard yang memberikan add-on untuk kita bisa melakukan expand (penambahan-penambahan lanjutan). Motherboard yang bagus memiliki paling sedikit tiga sampai empat slot PCIe x16 yang dapat suprting dan digunakan untuk video card, RAID card, dan monitoring card. Pilihannya pada ASUS, GIBABYTE, dan Supermicro.
Selintas memang hardware yang kita perlukan untuk mengedit gambar 4K lumayan mahal harganya bila kamu cek di pasaran. Saran saya, menabunglah. Karena kebutuhan editing gambar kedepan sudah banyak yang menggunakan file berformat 4K.
Selamat mencoba.
Oleh : Anton Mabruri (Praktisi Broadcast tv, Filmmaker dan Penulis)
Memilih atau merakit mesin editing (merangkai hardware) untuk 4K jauh lebih rumit daripada memilih perangkat lunaknya (software) yang kita gunakan. Di pasaran software untuk eding 4K telah banyak tersedia. Namun hardware-nya tidak demikian, selain harganya mahal juga diperlukan kompatibilitas satu dengan yang lainnya.
Seterusnya, untuk memulai kamu harus bertanya pada diri sendiri tentang beberapa hal proyek yang sedang kamu kerjakan. Pertanyaan tersebut antara lain:
• Apa jenis rekaman (footage) yang akan kita edit: R3D, CinemaDNG, ProRes, XAVC S, mp4?
• Seberapa kompleks proyekmu: single shot, single camera, multi-camera, animation, VFX (Visual Effect)?
• Apa format output yang kamu inginkan?
• Berapa lama kamu harus mengirimkan suntingan (maksdunya deadlinenya)?
• Yang terakhir, apakah kamu mengedit secara online atau offline?
Hal-hal tersebut adalah hal yang biasa dilakukan oleh editor jika memang kamu berkecimpung di bidang editor Audio dan Visual. Biasanya persoalan muncul dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Belajar Dari Kasus Offline Editing
Digital footage dari kamera satu dengan kamera lain itu memiliki perbedaan. Di mana ini akan berpengaruh pada besarnya file yang masuk ke dalam sistem editing. Sebagai contoh bila kamu mengedit footage 4K dari jenis kamera GoPro Hero4, JVC GYHMQ10, atau Sony FDR-AX1 tentu tidak memerlukan banyak kompresi ke HD, karena bitrate mereka memiliki kesamaan. Bayangkan jika kamu mengedit footage dari RED Camera, Balckmagic Ursa Mini atau Sony NEX-FS700. Raw dari file tersebut memiliki bitrate yang sangat tinggi, sehingga memerlukan storage dan kompresi yang tinggi pula.
Berawal Dari Hardware
Pertama kamu harus tahu dan memisahkan dua sistem editing yang kamu perlukan. Ada dua sistem editing yakni: offline editing dan online editing. Offline editing digunakan hanya untuk memotong dan menyusun gambar seperlunya (maksudnya sesuai naskah). Sedangkan online editing digunakan untuk triming (menghias) mulai dari color grading, visual efek (VFX) dan mixing. Selain itu gambar yang ditampilkan online editing teleh mendekati real time. Di bawah ini mendefinisikan perbedaan antara PC dan Mac dalam kebutuhan hardware mesin editing
CPU
Offline editing : Intel core i7 2,3GHz four-core
Online editing : Dual intel Xeon 2GHz six-core
GPU (Video Card)
Offline Editing: NVIDIA GeForce GT 750M
Online Editing: Dual NVIDIA GeForce GTX 760M
Ingat selalu cek kompatibilitas Video Card dan RAM, sebab pada saat kamu melakukan rendering video yang besar secara bersamaan RAM dan GPU itu bekerja menyelesaikannya.
RAM – Memory
Offline Editing: 8GB RAM
Online Editing: 32GB RAM
Menurut saya harga hardware yang relatif murah ada di RAM, jadi tingkatkan penggunaan RAM semaksimal mungkin. Apalagi bila kamu bekerja secara multi software (misalnya kamu membuka : Adobe Photoshop, After Effect, Adobe Premiere, dll), maka biasanya kerja RAM akan meningkat berkali lipat.
Storage
Offline Editing: dedicated 7200rpm hard drive or SSD for media
Online Editing: dedicated 7200rpm hard drive or SSD for project files dan jenisnya striped RAID array
Motherboard
Carilah motherboard yang memberikan add-on untuk kita bisa melakukan expand (penambahan-penambahan lanjutan). Motherboard yang bagus memiliki paling sedikit tiga sampai empat slot PCIe x16 yang dapat suprting dan digunakan untuk video card, RAID card, dan monitoring card. Pilihannya pada ASUS, GIBABYTE, dan Supermicro.
Selintas memang hardware yang kita perlukan untuk mengedit gambar 4K lumayan mahal harganya bila kamu cek di pasaran. Saran saya, menabunglah. Karena kebutuhan editing gambar kedepan sudah banyak yang menggunakan file berformat 4K.
Selamat mencoba.
Oleh : Anton Mabruri (Praktisi Broadcast tv, Filmmaker dan Penulis)
No comments:
Write komentar